Pengangguran Negara Berkembang Bakal Nambah

WASHINGTON - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperkirakan tingkat pengangguran di negara-negara berkembang akan tetap tinggi di kisaran sembilan persen hingga akhir tahun depan.

"Pengangguran yang terus-menerus tinggi bisa menjadi tantangan utama yang dihadapi pembuat kebijakan ekonomi di negara-negara tersebut meski ada yang mengambil keutungan dari pemulihan," ujar IMF dalam laporan terbarunya yang dirilis di Washington, seperti dilansir dari AFP, Kamis (15/4/2010).

Dalam laporan bertajuk IMF World Economic Outlook tersebut, lembaga keuangan internasional itu memproyeksikan bahwa perekonomian negara maju akan berjuang menciptakan lapangan kerja yang cukup, meski ekonomi mereka telah pulih.



"Tingkat pengangguran masih meningkat bahkan saat banyak pekerjaan mulai tumbuh karena adanya ekspansi berkelanjutan dari angkatan kerja," demikian seperti diungkapkan dari pihak IMF.

Belajar resesi global sebelumnya, IMF memperingatkan Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang agar berbuat lebih banyak untuk memulai pasar kerja. Menurut IMF prospek pengangguran yang tinggi terus-menerus memburuhkan kebijakan penciptaan lapangan kerja yang besar pula. “Subsidi sementara bida bisa membantu membuat pekerjaan,” kata IMF.

Kebijakan tersebut salah satunya kini dilakukan oleh Pemerintah AS, yang telah menawarkan potongan pajak untuk perusahaan. Maret lalu AS berhasil menciptakan 162 ribu pekerjaan, kenaikan terbesar dalam tiga tahun. Namun tingkat pengangguran di negara itu tetap berada di level 9,7 persen.

Sejak resesi ini dimulai pada Desember 2007, sekira delapan juta orang di AS telah kehilangan pekerjaan ditambah 15 juta orang lainnya masih menganggur.

Situasi ini sama suramnya dengan sebagian besar negara berkembang di Eropa. Di Spanyol misalnya, hingga kuartal IV-2009 tingkat pengangguran Negeri Matador mencapai 18,83 persen.(Yanto Kusdiantono/Koran SI/ade)